Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

KEJADIAN SKABIES BERDASARKAN PEMERIKSAAN DERMOSKOP, MIKROSKOP DAN SKORING DI PONDOK PESANTREN AL ITTIFAQIAH Miftahurrizqiyah, Miftahurrizqiyah; Prasasti, Gita Dwi; Anwar, Chairil; Handayani, Dwi; Dalilah, Dalilah; Aryani, Indah Astri; Ghifari, Ahmad
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.1972

Abstract

ABSTRAK Skabies merupakan penyakit kulit akibat arthopod, spesies Sarcoptes scabiei, dengan gejala klinis berupa rasa gatal dan lesi polimorfik berupa eritem, papul, nodul, atau pustula. Penyakit tular ini berhubungan dengan rendahnya higienitas perorangan dan kebiasaan bertukar barang. Faktor lain yang berperan yaitu rendahnya sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan. Skabies memiliki prevalensi tinggi di negara tropis dan berkembang, salah satunya Indonesia. Pesantren merupakan tempat potensial bagi transmisi penyakit kulit, terutama skabies, karena memiliki lingkungan tempat tinggal yang padat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang dan dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2018. Data diambil dari semua santri yang menderita penyakit skabies. Prevalensi skabies sebesar 112 (4,4%) dengan jumlah subjek terbanyak berjenis kelamin perempuan 78 (69,6%). Lesi skabies positif secara dermokopis terdapat pada 53 subjek (47%), sedangkan positif secara mikroskopis sebanyak 19 subjek (17%). Skabies yang masih terdiagnosis mencerminkan rendahnya tingkat sanitasi dan higienitas para santri dalam mencegah penyakit kulit menular seperti skabies.   ABSTRACT Scabies is a skin disease due to arthopod, a species of Sarcoptes scabiei, with clinical symptoms of itching and polymorphic lesions in the form of erythema, papules, nodules, or pustules. This contagious disease is associated with low personal hygiene and habits of exchanging goods. Other factors that play a role are low socioeconomic and environmental sanitation. Scabies has a high prevalence in tropical and developing countries, one of which is Indonesia. Pesantren is a potential place for the transmission of skin diseases, especially scabies, because it has a dense residential environment. This research is a descriptive cross-sectional design and was conducted in October to December 2018. Data were taken from all students suffering scabies. The prevalence of scabies was 112 (4.4%) with the highest number of female subjects was 78 (69.6%). Dermocopically positive scabies lesions were found in 53 subjects (47%), while microscopically positive were 19 subjects (17%). Scabies that are still diagnosed reflect the low level of sanitation and hygiene of students in preventing infectious skin diseases such as scabies. Keywords : skin disease, scabies, pesantren.
PERBEDAAN DAYA TETAS TELUR NYAMUK Aedes aegypti PADA TIGA JENIS AIR PERINDUKAN Lestari, Alin Puja Dewi; Handayani, Dwi; Prasasty, Gita Dwi; Dalilah, Dalilah; Pariyana, Pariyana
Syifa'Medika Vol 12, No 2 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v12i2.4003

Abstract

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Ae. aegyptimeletakkan telurnya di berbagai penampungan air sebagai tempat perindukan di sekitar kawasan rumah penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti pada tiga jenis air (air sumur, air hujan, dan air PAM). Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Post Test Only with Control Group Design. Sampel penelitian berupa telur nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh dari Lokalitbang Baturaja dan tiga jenis air yang diambil dari rumah warga di sekitar Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Kota Palembang. Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap penetasan telur nyamuk Ae. Aegypti di ketiga air tersebut yang dilakukan sebanyak enam kali pengulangan. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk, Kruskal Wallis, T-test dan Mann-Whitney.Hasil penelitian didapatkan air sumur merupakan jenis air dengan jumlah penetasan tertinggi yaitu sebanyak 48 butir (26,66%), dan paling sedikit air PAM (2,7%). Terdapat perbedaan yang signifikan daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti pada tiga jenis air (p<0,05). Temuan ini memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tempat potensial perindukan nyamuk Ae. aegypti sehingga dapat mengambil tindakan pemberantasan tempat perindukan.